Jumat, 02 September 2011

Fakta Mencengangkan Tentang Nazaruddin

Gaya Hidup Nazaruddin di Mata Orang Dekatnya, sebelum Ditangkap KPK
22 Agustus 2011 - 13.05 WIB > Dibaca 1026 kali 
 

Gaya Hidup Nazaruddin di Mata Orang Dekatnya, sebelum Ditangkap KPK
 
Rumah Nazaruddin di Jalan Pejaten Barat Nomor 7, Jakarta Selatan. (Foto: skalanews.com)


 
Laporan THOMAS-RIDLWAN-DHIMAS, Jakarta
Sebelum menjadi buron lalu ditangkap KPK, sosok M. Nazaruddin dikenal bergaya hidup serba wah. Inilah kesaksian orang dekatnya.

Rumah bercat putih itu berdiri megah di Jalan Pejaten Barat Nomor 7, Jakarta Selatan. Rumah itu berdiri di atas lahan seluas sekitar 35 x 50 meter dengan pagar setinggi hampir tiga meter. Pagar tersebut dibuat tertutup, dibangun berbentuk tembok, bermotif berbatuan dengan aksesori lampu setiap satu meternya.

Di pagar itu terdapat dua pintu utama. Masing-masing memiliki fungsi masuk dan keluar yang terpisah. Untuk jalur masuk, ada satu pos satpam yang siap memeriksa siapa saja tamu Nazaruddin. Halaman di rumah tersebut juga cukup luas, tidak termasuk garasi. Sedikitnya 10 mobil bisa parkir bersamaan.

Untuk mobil, ada lima unit yang biasa diparkir di garasi rumah Nazaruddin. Lima mobil itu adalah Land Cruiser bernomor polisi BM 1 MN, Mercy S 500 2010 warna hitam yang kerap dia pakai, Toyota Alphard, Honda CRV putih, dan Honda All New Jazz merah.

Fasilitas di rumah dua lantai tersebut juga tidak kalah dengan hotel berbintang. Nazaruddin memiliki lapangan basket mini yang diletakkan di halaman samping rumah bergaya Eropa miliknya. Sebuah kolam renang juga ada di belakang rumah. "Rumahnya sangat mewah," ujar M. Ali, petugas keamanan di kawasan rumah Nazar.

Ali mengaku pernah masuk ke dalam rumah Nazaruddin saat KPK menggeledah rumah itu pada 2 Agustus lalu. Ali menuturkan, di rumah tersebut ada banyak kamar dengan perabot kelas wahid. Misalnya, televisi berukuran besar, lengkap dengan sound system-nya.

Nazaruddin sendiri memang dikenal banyak fulus. Dalam satu waktu wawancara dengan Jawa Pos, Sekretaris Dewan Kehormatan Partai Demokrat (PD) Amir Syamsuddin menyebut Nazar sangat royal kepada PD. Dia mengatakan, Nazaruddin sudah menyumbang kepada partai Rp 13 miliar selama setahun terakhir. "Dia bukukan sendiri," ujar Amir.

Namun, sumbangan sebesar itu bisa jadi "enteng" buat anak keempat dari tujuh bersaudara pasangan Muhammad Latief dan Aminah itu. Sebab, sejak menginjakkan kaki di Demokrat setelah kongres di Bali 2005, dia dikenal sebagai pengusaha bidang kelapa sawit dan batubara.

Sebelum menjadi buron KPK, Nazar dikenal sebagai pribadi yang gampang bergaul. Mungkin itulah salah satu dasar mengapa dia hijrah dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ke PD. Selain aktif di partai, dia suka kongkow di tempat-tempat elite, seperti restoran di Hotel Crowne Plaza Jakarta, Nippon Kan di kawasan Hotel Sultan Jakarta, coffee shop Hotel Ritz-Carlton Pacific Place Jakarta, dan Tien Chao Hotel Grand Melia.

Dia juga suka mengeluarkan uang miliknya untuk membayar makanan di restoran masakan Jepang atau Tiongkok. Selain itu, dia dikenal mudah mengeluarkan uang di tempat spa dan sauna. Salah satu tempat favoritnya adalah luxury spa di Hotel Ritz-Carlton Mega Kuningan. "Sekali datang, paling murah USD 425 (sekitar Rp 3,8 juta) hingga USD 660 (sekitar Rp 5,9 juta)," ujar Nuril Anwar, mantan staf khusus Nazaruddin.

Dia juga menyebut bahwa jabatan sebagai wakil rakyat di DPR hanya status. Sebab, pada praktiknya dia lebih sering berada di restoran atau kafe. Maklum, Nazar dikenal memiliki agenda yang cukup padat setiap hari.

Nuril mengatakan, Nazar biasanya berkantor di Gedung Permai, Warung Buncit, Jakarta, pukul 09.00. Setelah itu dia berada di DPR hingga pukul 14.00. Namun, jadwal itu bisa jadi tidak menentu kalau ada rekanan yang mau bertemu untuk membicarakan proyek.

Namun, dia memastikan bahwa istrinya, Neneng Sri Wahyuni, hampir tidak pernah ikut pertemuan itu. Itulah mengapa dia menyebut jika semua urusan keuangan seolah menjadi tanggung jawab Nazaruddin. Apakah itu berarti tuduhan KPK terhadap Neneng salah" Nuril mengatakan tidak tahu.

Lantaran jadwalnya padat, Nuril tahu sendiri jika Nazar kerap tidak ikut rapat atau sidang. Nazar hanya ikut kalau peserta sidang adalah rekanan dari KPK, Mabes Polri, dan Badan Anggaran DPR. Yang menarik, meski kerap meloncat dari satu tempat ke tempat lain, Nazar selalu percaya diri membawa uang cash.

Menurut Nuril, bosnya itu tidak punya kartu kredit atau semacamnya. Nazar lebih suka membawa uang cash. Alasannya, kalau ingin sesuatu bisa langsung dibeli secara tunai. Berapa yang dibawa" "Dalam bentuk rupiah  Rp 20 juta dan USD 10 ribu (sekitar Rp 90 juta)," paparnya.

Dia membawa banya uang karena memiliki filosofi hidup "paguada". Apa itu? Menurut Nuril, Nazar sering mengatakan itu sebagai kependekan dari apa yang gue mau harus ada. Sebab, Nazar memang memiliki pandangan bahwa apa pun bisa dia beli dengan uang.

Nah, Nazar memang tidak harus membawa uang itu sendiri. Segepok uang tersebut biasanya dibawakan ajudannya dengan dimasukkan ke tas kecil. Nuril adalah salah satu orang kepercayaan yang kerap membawa uang tersebut. "Saya salah satu orang paling dekat Pak Nazar," ungkapnya.

Bagaimana pengeluarannya? Yang paling dia ingat adalah masalah laundry. Pakaian keluarganya yang mahal jelas membutuhkan perawatan khusus. Karena  itu, per bulan dia harus mengeluarkan kocek minim Rp 10 juta. Angka itu bisa membengkak jika sebulan dia mendatangi banyak acara penting dengan baju formal.

Pengeluaran tersebut mungkin wajar kalau untuk jas, kemeja, safari, dan celana saja dia suka membeli yang harga bahannya sekitar Rp 5 juta per meter. Semua itu dia jahit ke penjahit langganan yang terletak di Plaza Indonesia dan Plaza Senayan.

Nah, fashion tersebut biasanya dia padukan dengan sepatu merek Bally yang harganya Rp 5 juta - Rp 7 juta. Untuk tas dan dompet, Nazar suka merek premium Louis Vuitton. Sedangkan untuk jam tangan, pria yang menjadi anggota dewan dari Dapil Lumajang?Jember itu mengoleksi Patek Phillipe yang harganya Rp 85 juta - Rp 100 juta.

Meski memiliki banyak uang, pria kelahiran Simalungun, Sumatera Utara, itu dikenal pelit di kalangan bawahannya. Begitu juga untuk urusan perusahaan. Dia sangat ketat untuk pengeluaran kas perusahaan. Nazar sering berkilah hal itu dilakukan agar tidak ada pemborosan dan menghindari kebocoran uang perusahaan.

Itulah mengapa dia kerap marah kepada Yulianis yang saat ini menjadi saksi kasus suap wisma atlet. Yulianis diminta jeli untuk menulis kas masuk dan keluar walau satu perak. (c2/kum)